Dina dan Lisa yang tengah asyik mengobrol di Ruang Tamu Villa , kembali dikejutkan oleh suara Riko . Ia meminta Dina untuk menemaninya di Balkom Villa , Lisa pun tak keberatan karena ada Andrew yang datang seusai mandi dan rapi , menemaninya mengobrol dan menonton Tv di Ruang Tamu .
Sementara Dina , yang menyusul Riko ke Balkom kembali tersenyum indah ketika tangan Riko menyambut hangat tangannya yang menyelusuri gagang tangga minimalis nan indah itu . Ruangan lantai dua itu memang luas tapi , ayahnya membuat pintu ketika dipengjuhung tangga menuju ke atas itu . Sehingga , ketika pintu itu dibuka terlihat hamparan karpet coklat bermotif kaligrafi italia dilengkapi dengan satu buah Tv 21inc , 2 kasur sejenis sofa dan 1buah Cd minimalis untuk berdansa , semua itu sangat cocok untuk peralatan Villa di puncak yang hawanya kini semakin dingin itu .
Dina menghembuskan nafas dingin , Riko duduk disampingnya berdiam diri menikmati hawa yang sama untungnya saja Riko memakai Jacket pemberian Dina pada ulang tahunnya taunt lalu . Sedangkan Dina hanya memakai piyama panjang berwarna hijau muda . Pintu balkom dibiarkan Riko terbuka , perlahan diraihnya tangan Dina dan dikecupnya tangan mulus itu . Dina tertegun , sambil meresapi kecupan bibir Riko yang menempel pada tangan kanannya . Riko melepasnya , menetralkan suasana dengan memulai percakapan singkat yang membuat hawa dingin semakin menjadi , merasuk ke tubuh Dina ..
“Sayang…”
“Apa..?” Ucap Dina sambil menatap Riko yang ada disebelah kanannya
“Maafin aku yah…”
“Untuk apa?” Tanya Dina bingung sambil menyandarkan kepalanya ke pundak Riko
“Untuk selama ini , aku udah egois sama kamu .. meskipun kita pasangan yang serasi . Tapi orang-orang gak pernah tau keadaan kita sebenarnya . Kamu terlalu pandai untuk menyembunyikan masalah kita bahkan terhadap Lisa dan Andrew juga .. Maafin aku beib…” Jelas Riko yang mencium rambut panjang Dina yang terurai indah itu .
“Aku gak apa-apa kok Riko sayang .. don’t worry my honey .. jangan khawatirkan keadaan aku…” Ucap Dina seraya bangun dari sofa dan mulai berjalan ke arah balkom . Tanpa ia sadari dibawah sudah ada lelaki lain yang tiba-tiba mencintai dan mengaguminya , lelaki itu mengamatinya dari kejauhan teras bawah ke balkom atas .
Rezha baru saja ingin memanggil namanya , tetapi ia urungkan niat itu ketika sepasang tangan lelaki lain melingkari pinggang Dina dan memeluk wanita itu dengan mesra . Ia terluka , goresan itu sangat nyata . Bagaimana bisa ia melihat kejadian itu sendiri dengan mata kepalanya , untungnya saja Riko dan Dina tidak menyadari ada keberadaannya yang menatap tajam ke mereka berdua . Indahnya suasana puncak yang dingin itu menjadi saksi kepiluan Rezha . Tak ia sangka , kebahagiaan yang baru saja ingin ia raih kembali berlalu bagai debu yang hilang bersama angin . Dengan harapan yang hampa dan kosong itu ia memutuskan untuk duduk di Restaurant Riung Gunung sambil menyantap kopi kesenangannya . Seharusnya , ia sadar bahwa Dina tidak akan semudah itu jatuh cinta padanya . Tidak sepertinya , yang baru saja sehari berkenalan sudah jatuh hati pada Dina .
‘Oh.. inikah yang namanya Cinta Pertama…’ Gerutu Rezha dalam hati sambil terus diam .
Sebenarnya , ini bukan pertama kalinya Rezha jatuh hati pada seorang model . Dulu , ia juga pernah merasakannya . Gadis yang beruntung itu bernama , Chintya . Bernama Lengkap Chintya Dwi Purnama . Kisah cinta mereka berlangsung lama sekitar 3tahun lebih . Tapi , na-as nasib memang tidak menjodohkan mereka . Chintya meninggal pada kecelakaan pesawat dari Manado ke Jakarta . Padahal , 2 hari kedepannya mereka akan melangsungkan akad nikah . Dulu Rezha memang berdomisili di Jakarta . Tapi kekecewaannya terhadap kejadian itu membuatnya mengambil cuti dan memilih puncak Bogor sebagai penginapan sekaligus tempat Refresingnya itu . Hingga sekarang ia dapat bertemu dengan Dina , orang yang mampu mengugah kembali isi hatinya . Namun , kekecewaan harus ia dapatkan kembali . Tetapi , ia percaya dan optimis akan terus berusaha merebut hati Dina , meskipun ia sendiri tahu ada Riko kekasih Dina yang kini di samping Dina . Yang akan selalu Setia menjaga dan bersama Dina selalu .
Riko datang secara tiba-tiba memeluk Dina dari belakang . Dina menggeliat manja , dan berbalik kearah Riko . Tatapan mereka kini sama , tangan Dina yang menggulung di leher Riko semakin romantic dengan pelukan erat Riko di pinggang Dina . Musik berjalan , suasana romantic itu semakin menjadi ketika disadari salah satu lagu dari penyanyi terfavorite Dina yaitu Celine Dion mulai memutar dan menetralkan suasana .
“Mana ada sih orang dansa , pake piyama kaya aku gini…” Ucap Dina seraya memeluk Riko yang sedari tadi tersenyum padanya
“Gak apa-apa sayang , kamu tetep terlihat cantik kok…” Jawab Riko sambil mengangkat Dagu Dina dan mendaratkan sebuah ciuman manis di bibir gadis mungil itu . Dina hanya tersenyum malu dan kembali berdansa dengan Riko .
Cuaca dingin malam itu , mampu membuat semua orang-orang yang Dina kenal mati kutu . Terlebih Rezha yang tak datang kerumahnya , entah mengapa tiba-tiba ia merindukan lelaki kocak itu . Mesikpun , ia kini tengah berada di dalam pelukan Riko .
Malam semakin dingin , puncak itu banyak memberikan kesan tersendiri bagi Dina . Mereka berdua memasuki ruangan tingkat dua dan turun ke bawah untuk melihat-lihat suansana . Mereka tersenyum lugu , ketika mendapati kedua sahabatnya Andrew dan Lisa yang tertidur di sofa depan Tv ruang tamu dan lucunya lagi kepala Lisa tepat bersandar di bahu kanan Andrew . Mereka membiarkan keadaan itu , lagi pula jam malam sudah larut . Mereka sendiri memasuki kamar yang sama yang berada di lantai 1 Villa Pak Rahman itu . Dan tidur untuk merenggangkan sejenak otot-otot mereka yang lelah . Meskipun dalam satu ranjang mereka tidak akan berbuat hal gila yang seperti orang-orang bayangkan . Dina mendekap hangat tubuh kekar Riko , dan tenggelam kealam mimpi dengan kehangatan yang penuh cinta . Begitu juga Riko yang tenggelam dengan pelukan Dina di malam puncak yang dingin itu . Hanya Rezha yang masih bertahan dengan kopi hangatnya belum menginginkan diri untuk kembali ke Villa yang hanya berjarak beberapa meter dari restaurant itu .
‘Dina .. have a nice dream yah !!’ Ucapnya dalam hati seraya meneguk kembali kopi yang sudah ke 5kalinya ia pesan .
Setengah jam berlalu , Rezha masih tetap terdiam di tempat yang kini sunyi iyu . Restaurant Riung Gunung tutup tepat jam 12 malam lalu . Kini jam menunjukkan setengah satu malam . Rezha yang kesepian memilih untuk kembali ke Villa-nya yang hangat dan berkesan itu . Sesampainya di Villa , dinyalakannya lampu kamar dan bergegas ia memasuki selimut biru yang tertata rapi itu . Tak lupa ia panjatkan Do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa , yang telah memberikannya kehidupan dengan berkah yang patut di syukuri . Rezha pun mengarungi alam mimpi nya yang indah sama seperti Riko dan Dina , juga Lisa dan Andrew .

Tidak ada komentar:
Posting Komentar