Sabtu, 26 Februari 2011

Lanjutan Cinta Bandung-Bogor 1

Dikediaman rumah Dina, terlihat sangat sepi . Maklum saja ia memang sedang menginap dirumah hasil jerih payahnya sebagai model itu , disana hanya ada 1 pembantu yang sekarang pergi kepasar dan 1 satpam menjaga pagar mewah yang minimalis itu . Orang Tua Dina pun tak pernah keberatan , karena mereka tahu Dina anak yang pintar menjaga diri . Dina masih terdiam dalam kegamangan , ia bingung.. namun tanpa fikir panjang ia meraih Dress ungu yang tergantung rapi dilemarinya itu . Dipakainya Dress itu , kemudian dipolesnya sedikit bibir mungilnya dengan lipgloss berwarna pink muda . Ia kembali terduduk di meja rias , wajah Riko menari-nari dilangit kamarnya ‘Arrgh.. Sudahlah gue pusing mikirin Riko mulu , gue mau refresing’ Gerutu Dina didalam kamar yang sepi dan dingin itu . Diambilnya koper dan beberapa pakaian , dilipat kemudian dimasukannya ke dalam koper itu . ‘Handphone , bawa gak yah?’ Ucapnya sendiri bingung . Dengan kebimbangan ia pun mengambil handphone BB Gemini yang ada di atas meja riasnya . Kakinya yang halus dan bersih itu berjalan menuruni anak tangga dibelakangnya diikuti koper yang digengam erat oleh jemari yang mungil nan indah itu . Tak lupa ia meraih kunci mobil H.Jazz yang tergantung didekat kulkas dapurnya . Baru saja ia sampai di mobil, suara Bi’ Ijah sang pembantu yang baru pulang dari pasar mengejutkannya .

“Non .. Mau kemana siang-siang gini?”

“Bogor bi.. Refresing..” Jawab Dina seraya memasukkan kopernya ke bagasi mobil

“Loh.. kan liburan udah lewat non..?” Ucap sang pembantu sambil bingung

“iya tau bi.. Lagi mau santai aja..” Jawab Dina seraya membuka pintu mobil dan memasukinya

“Terus.. kalo ada non Lisa atau yang lain nyari ,, gimana non..?”

“Bilang aja bibi gak tau ..” Jawabnya sambil men-stater H.jazz Biru muda yang didalamnya bermodif itu

“Den Riko non..?”

“Bibi bilang aja aku pulang ke Tasikmalaya , datangin mama ..” Jawabnya sambil
perlahan-perlahan menginjak gas mobilnya

“Kalo.?”

“Kalo apa lagi sih bi .. ntar aku telat ni ke bogornya..?” Jawabnya sambil mendengus kesal

“Maksud bibi, kalo non kelamaan disana bibi kesepian dong disini..?” Jawab sang pembantu dengan raut wajah yang polos

“Yah ampun , aku gak lama kok bi , yah mungkin 2mingguan lah .. Ni uang belanja buat bibi sama Pak Harjo..” Ucap Dina seraya menyerahkan beberapa uang yang baru saja diambil dari dompetnya

“Iya deh non.. Hati-hati yah ntar kalo di Villa..”
Sesegara mungkin Dina mengejar waktu, agar tidak terlambat sampai ke bogor . Pak Harjo’ seorang satpam tersenyum dan melambaikan tangan ketika majikannya ‘Non Dina’ berangkat ke bogor . Dina berharap kepergiannya ke bogor dapat menenangkan dirinya . Meskipun dina tahu , minggu depan ada jadwal pemotretan di salah satu majalah terkenal di Bandung , tapi ia tidak memperdulikannya dan memilih berangkat sendirian ke Bogor . 1/2 jam kurang , dengan kecepatan 80km Dina mampu menebus Pintu Tol Bandung-Bogor . Perjalanan itu semakin membuatnya suntuk terlebih ia lupa membawa kaset Pingkan Mambo dan Penyanyi-penyanyi lainnya yang ia sukai . Namun , kesuntukkan itu memudar setelah beberapa jam ia sampai di bogor . Tujuannya hanya satu pergi ke puncak , karena hanya disitu ia dapat beristirahat . Ia sendiri tak begitu hapal daerah bogor , maklum saja Dina kan seorang model dan pelajar jadi tidak punya waktu banyak untuk menghapal jalanan di daerah-daerah tertentu . Ia sampai dipuncak dan sampai pula di Villa , Villa itu masih segar begitu juga hawa di puncaknya . Villa itu adalah Villa sepeninggalan Ayahandanya Tuan Rahman yang sudah meninggal sekitar 5 tahunan lebih . Ia memarkirkan mobilnya tepat di taman Villa berwarna Hijau Daun yang asri itu . Tampak Pak Trisno’ penjaga Villa menyapa Dina dengan senyuman . Dina yang kelelahan memutuskan untuk memanggil Pak Trisno’ untuk dapat membantunya membawa 1 buah koper dan 2 tas kecil tempat kosmetik Dina . Setelah sampai di ruangan Dina pun memberi Pak Trisno’ beberapa uang untuk membayarnya karena telah membantu Dina mengangkat barang-barangnya , tetapi dengan sikap dingin , Pak Trisno’ menolak pemberian gadis Jerman-Indo itu . Dina tersenyum hangat dan menutup pintu Villa itu setelah Pak Trisno’ keluar perlahan lewat pintu depan . Ia merasa lega , tetapi ia juga tidak dapat berlama-lama berkunjung ke Villa ini karena pada sekarang ini ialah musim pembelajaran alias musim sekolah , hanya dina gadis yang berani mengambil libur disuasana seperti ini sementara Lisa,Andrew,dan Riko tengah berpanas-panasan melawan dahaga di titik darah penghabisan alias di penghujung sekolah pada hari senin ini . Dina berdiam diri menikmati dinginnya AC LG yang baru beberapa menit ia nyalakan .

“Pengen tiduran dulu ah gue” Ucapnya seraya memasuki salah satu kamar dan membawa barang-barangnya masuk . Kemudian , Dina pun merebahkan kepala dan anggota badannya di kasur villa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar